EVIL UNDER THE SUN by Agatha Christie



EVIL UNDER THE SUN
PEMBUNUHAN DI TELUK PIXY
Penulis: Agatha Christie |Alih Bahasa: Joyce K. Isa | Desain & Ilustrasi Sampul: Satya Utama Jadi |2014
288 Halaman | 18 cm
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN 978-979-22-3269-1

Arlena Marshall yang bertubuh menggiurkan, berwajah cantik, dan berambut merah tebal tampak sangat mencolok di antara para penghuni Hotel Jolly Roger di Pulau Penyelundup.

Beberapa hari kemudian ia ditemukan tewas tercekik di salah satu pantai pulau itu.

Siapakah yang telah membunuh Arlena si perayu?

Apakah suaminya yang angkuh dan pendiam, yang mengetahui istrinya telah berzinah? Ataukah anak tirinya yang aneh, yang membuat boneka lilin berwajah Arlena dan menancapinya dengan peniti? Ataukah si fanatik agama yang batinnya tersiksa karena kecantikan Arlena? Atau si pemuda tampan yang mencintainya dengan begitu terang-terangan? Atau, barangkali, salah satu wanita yang mempunyai--atau mengira mempunyai--alasan untuk menghendaki kematian Arlena?

Hercule Poirot, yang sedang berlibur di tempat terjadinya tragedi ini, bersedia mengorbankan liburannya untuk mecoba mengungkap kasus yang membingungkan ini.


Review:
Cerita ini adalah kali kedua ketia Agatha Christie menempatkan sosok seorang wanita yang cantik sempurna sebagai korban pembunuhan. Setelah Linnet Ridgeway dalam Death On The Nile yang kematiannya sangat mengejutkan banyak pihak, karena sosoknya yang cantik, kaya raya, dan sangat mempesona--kali ini Arlena Marshall muncul sebagai korban dalam novel ini, yang juga merupakan seorang wanita cantik mempesona, namun memiliki reputasi yang buruk karena sifatnya yang sering mengoda lelaki yang bahkan sudah memiliki istri.

Arlena yang senang menjadi pusat perhatian, dan sepertinya membuka diri untuk dapat didekati oleh pria manapun, kembali memulai aksinya di sela waktu berliburnya di Pulau Penyelundup. Arlena yang pergi bertamasya bersama suaminya, Kapten Kenneth Marshall dan anak perempuan dari pernikahan pertama suaminya yang bernama Linda Marshall, sepertinya tidak peduli akan pandangan orang lain akan perilakunya yang berselingkuh dengan salah satu tamu yang juga sedang berlibur di pulau tersebut.

Patrick Redfern, yang pergi berlibur bersama istrinya yang bernama Christine ke pulau tersebut sepertinya tidak sanggup menahan godaan kecantikan Arlena. Baik Patrick ataupun Arlena tidak bisa menyembunyikan rasa saling tertarik satu sama lain, dan hal tersebut sangat mudah terbaca oleh tamu-tamu lain yang sedang berlibur di pulau tersebut, termasuk oleh Hercule Poirot sendiri.

Perselingkuhan antara Arlena dan Patrick menjadi pemandangan yang menarik bagi pasangan Mrs. dan Mr. Gardener, turis Amerika yang juga menginap di Hotel Jolly Roger yang senang berkomentar mengenai banyak hal. Suami istri Gardener yang seringkali menghabiskan waktu bersama Emily Brewster, seorang wanita yang memiliki badan yang atletis, dan Rosamund Darnley, seorang perancang busana terkemuka, tentu saja beberapa kali membicarakan kedekatan antara Arlena dan Patrick yang lama-kelamaan terlihat semakin terang-terangan di hadapan pasangan mereka masing-masing.
Christine Redfern, sang istri, terlihat sangat terpukul dengan hal tersebut, yang menyebabkannya tampak begitu murung dan bersikap dingin terhadap orang lain. Namun berbeda dengan Kenneth Marshall, suami Arlena, yang tampaknya tetap acuh tak acuh mengenai hal tersebut.

Selain orang-orang tersebut di atas, tamu-tamu yang menginap di Hotel Jolly Roger tersebut adalah Mayor Barry--seorang pensiunan opsir tentara, Pendeta Stephen Lane--yang disebutkan oleh Agatha Christie sebagai pendeta yang perilakunya tidak mencerminkan statusnya, dan Horace Blatt--seorang lelaki yang oleh sebagian tamu dianggap menyebalkan karena terlalu banyak bicara.

Bagi sebagian tamu hotel, waktu liburan dianggap biasa-biasa saja karena cuaca yang sempat memburuk. Namun, setelah jenazah Arlena Marshall ditemukan secara tidak sengaja oleh Patrick dan Miss Brewster yang sedang mendayung santai ke arah Teluk Pixy, keadaan di Pulau Penyelundup tersebut terasa begitu kaku dan tegang.
Bagi sebagian tamu, kepergian Arlena memang tidak meningalkan kesedihan sama sekali, bahkan dianggap sebagai sesuatu yang wajar karena sifat dan sikap Arlena yang memungkinkan ia memiliki banyak musuh. Namun yang terlihat paling terpukul adalah Patrick sendiri dibandingkan dengan Kenneth Marshall, suami Arlena.

Kemudian, mulailah Poirot melakukan investigasi, mendampingi Inspektur Colgate dan Kolonel Weston, petugas kepolisian setempat. Proses investigasi pertama-tama dilakukan dengan menanyai satu per satu orang yang terdapat di Hotel Jolly Roger--tamu, pemilik, dan karyawan. Dari hal tersebut, Inspektur Colgate dan Kolonel Wetson masih belum mendapatkan petunjuk apapun, namun tidak bagi Poirot yang walaupun tetap terlihat tenang namun pikirannya sedang mencoba menyatukan beberapa informasi yang sama dan yang berbeda sebagai suatu potongan puzzle yang harus diselesaikan.

Teka-tekinya adalah kematian Arlena jelas terjadi karena tidak pembunuhan, namun tidak meninggalkan noda darah, dan pelakunya tidak memerlukan senjata...sehingga tidak ada yang harus disingkirkan dan disembunyikan.

Kasus ini dapat diselesesaikan oleh Poirot dengan cara yang sangat menakjubkan, hanya dengan menggunakan dan melalui pikirannya sendiri, dan dijalankannya dengan begitu santai.


Satu rutinitas yang Saya lakukan ketika membaca novel-novel karya Agatha Christie adalah mencatat nama-nama dan latar belakang setiap tokoh yang terlibat, karena seperti biasanya karya Agatha Christie selalu memiliki banyak tokoh disamping tokoh utama, yang semuanya memiliki peran masing-masing yang sangat penting. Namun pada buku ini, Agatha Christie sangat memudahkan pembaca, karena pada bagian awal sudah dikenalkan nama-nama tokoh yang terlibat, lengkap dengan latar belakang secara singkat.

Penggolongan tokoh dengan latar belakang, kepribadian, sifat, dan sisi psikologis ini yang menjadi kunci utama Poirot dalam menyelesaikan kasus yang terjadi dalam buku ini.

Desain sampul pada bagian depan novel ini cukup menjebak, karena jika pembaca sudah mencapai bagian-bagian menuju akhir cerita pada buku ini, gambar depan sampul dapat menyudutkan salah satu tokoh dalam novel ini yang dapat diangap sebagai pelaku pembunuhan.
Dan satu hal lain yang unik pada cerita ini adalah tidak seperti biasanya Agatha Christie memberikan sisi "romantical closing" sebegai penutup cerita.

Buku ini sangat menarik karena setiap tokohnya tidak berperan secara transparan, terdapat banyak hal yang ditutupi, kebohongan, dan banyak sekali "ternyata" yang kemudian mampu diungkap oleh Hercule Poirot, seorang detektif cerdas asal Belgia yang sangat eksentrik.


Rating: ***** dari *****

Comments