Di Tepi Sungai Piedra Aku Duduk dan Menangis
Penulis: Paulo Coelho |Alih Bahasa: Rosi L. Simamora |Desain dan Ilustrasi Sampul: Dina Chandra
Jakarta: 2005
224 Halaman |20 cm
ISBN 978-979-22-1749-0
"Cinta adalah perangkap. Ketika ia muncul, kita hanya melihat cahayanya, bukan sisi gelapnya."
Begitulah yang semula dipercaya Pilar. Tapi apa yang terjadi ketika ia bertemu kembali dengan kekasihnya setelah sebelas tahun terpisah? Waktu menjadikan Pilar wanita yang tegar dan mandiri, sedang cinta pertamanya menjelma menjadi pemimpin spiritual yang tampan dan karismatik. Pilar telah belajar mengendalikan perasaan-perasaannya dengan sangat baik, sementara kekasihnya memilih religi sebagai pelarian bagi konflik-konflik batinnya. Kini mereka bertemu kembali dan memutuskan melakukan perjalanan bersama-sama. Perjalanan itu tidak mudah, sebab dipenuhi sikap menyalahkan dan penolakan yang muncul kembali setelah lebih dari sepuluh tahun terkubur dalam-dalam di hati mereka. Dan akhirnya, di tepi Sungai Piedra, cinta mereka sekali lagi dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan terpenting yang bisa disodorkan kehidupan.
Review:
Selalu ada kepuasan setiap selesai membaca karya-karya Paulo Coelho. Cerita yang tidak dapat ditunda waktu membacanya untuk mengetahui akhir dari kisah si tokoh utama. Novel yang bagus, menceritakan tentang pentingnya penyerahan diri.
Salah satu yang menarik dari novel ini adalah, Coelho hanya memiliki satu karakter utama bernama Pilar, yang menceritakan kisah pertemuannya dengan teman masa kecilnya setelah sebelas tahun berpisah. Tokoh lain dalam novel ini digambarkan sebagai orang ketiga. Sudut pandang penceritaan hanyalah dari sisi Pilar saja sebagai tokoh utama. Dengan ini, pembaca seakan menempatkan diri sebagai pemeran dari tokoh utama dalam novel.
Sama seperti karya-karya Coelho yang lain, selalu ada pesan yang tersirat dari kisah yang disampaikan dalam novel. Salah satu pesan yang dapat diambil dari novel ini adalah ketika teman masa kecil Pilar berkata bahwa jangan sampai terseret memainkan peran-- terdapat dalam dialog berikut:
"Ada orang-orang yang selalu harus berdebat dengan orang lain, kadang-kadang bahkan dengan diri dan kehidupan mereka sendiri. Karenanya mereka mulai menciptakan sebuah sandiwara di benak mereka, dan menuliskan skenarionya berdasarkan perasaan frustasi mereka."
Mirip dengan karya Coelho yang berjudul IBLIS DAN MISS PRYM (THE DEVIL AND MISS PRYM), dimana disebutkan mengenai dua sisi dalam diri manusia (Jahat dan Baik), novel ini juga menyebutkannya dengan nama: Yang Lain.
Pengalaman Pilar mengusir penolakan akan cinta dan belajar untuk menyerahkan diri dan menghadapi kehilangan merupakan suatu kisah yang sangat inspiratif. Kesesuaian judul dengan gambar pada sampul novel saling menguatkan satu sama lain, mengarahkan pemikiran dan emosi pembaca dengan kisah cinta yang menyedihkan. Namun akhir dari kisah Pilar dalam novel ini bisa jadi ternyata mengejutkan para pembaca.
Tidak banyak yang dapat diungkapkan setelah membaca novel ini, selain perasaan kagum untuk Coelho yang terlihat memiliki wawasan yang luas.
Rating: ***** dari *****
Comments
Post a Comment