DEATH ON THE NILE
PEMBUNUHAN DI SUNGAI NIL
Penulis: Agatha Christie |Alih Bahasa: Mareta | Desain & Ilustrasi Sampul: Satya Utama Jadi |2014
392 Halaman | 18 cm
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN 978-979-22-6329-9
Gadis itu terbaring miring. Posisinya wajar dan tenang. Tapi di atas telinganya ada lubang kecil dengan bekas darah kering di sekelilingnya.
Kemudian pandangan Poirot tertuju pada dinding putih di depannya, dan ia menarik napas dalam-dalam.
Dinding putih bersih itu dikotori huruf "J" berwarna merah kecokelat-cokelatan yang ditulis dengan gemetar.
Poirot membungkuk di atas mayat gadis itu, dan dengan hati-hati mengangkat tangan kanan si gadis.
Salah satu jarinya bernoda merah kecokelatan....
Review:
Dengan kecantikan, kekayaan, kecerdasan, dan semua daya tarik yang dimiliki Linnet Ridgeway, membuat sebagian besar orang yang mengetahuinya merasa iri dan ingin berada pada posisi Linnet tersebut. Namun dengan kematiannya yang tragis di malam bulan madunya, membuat Linnet dipandang sebagai seorang gadis yang patut dikasihani.
Semua bermula pada perkenalan Linnet dengan tunangan sahabatnya. Jacqueline de Bellefort, seorang sahabat lama, mendatangi Linnet dengan tujuan meminta pekerjaan untuk tunangannya yang bernama Simon Doyle. Namun ternyata, Linnet dan Simon menjadi saling mencintai dan memutuskan untuk menikah.
Tidak hanya Jacqueline yang sakit hati, ternyata ada beberapa orang lain yang merasa terguncang dengan kabar pernikahan Linnet dan Simon tersebut.
Lord Windlesham, yang sebelumnya merupakan tunangan Linnet, merasa kecewa dengan penolakan Linnet yang secara tiba-tiba.
Sahabat Linnet yang lain, Joanna Southwood juga merasa kabar pernikahan tersebut sangat mengejutkan hingga ia tidak bisa menolak hasratnya untuk membicarakan kabar tersebut dengan sepupunya, Tim Allerton.
Di tempat yang berbeda, Andrew Pennington dan Rockford Sterndale yang merupakan wali dari Linnet, merasa dikagetkan dengan kabar tersebut, berkaitan dengan pengambil alihan strategi bisnis yang telah lama dikelola keluarga Linnet.
Begitu juga dengan William Carmichael, seorang laki-laki yang berang dan langsung menyuruh keponakannya yang bernama Jim Fanthorp untuk membereskan permasalahan yang mungkin akan timbul dari berlangsungnya pernikahan tersebut.
Ternyata, pernikahan tersebut juga mendatangkan masalah bagi kehidupan Linnet dan Simon. Kemanapun mereka pergi selalu diikuti oleh Jacqueline. Rupanya rasa sakit hati yang dirasakan oleh Jacqueline membuat ia tidak rela membiarkan Linnet dan Simon hidup bahagia. Teror yang dilakukannya tersebut berhasil membuat Linnet merasa ketakutan dan Simon merasa marah karena tindakan kekanak-kanakan Jacqueline.
Keadaan tersebut kemudian diketahui oleh Hercule Poirot yang kebetulan berada dalam rombongan yang sama dengan Linnet. Suatu keadaan yang disebut oleh Poirot dengan "seorang yang mencinta, dan seorang yang menjauhi cinta". Ironi.
Simon yang sempat membuat rencana untuk mengecoh Jacqueline, ternyata mengalami kegagalan. Dan mereka terpaksa untuk menghabiskan perjalanan panjang menyusuri Sungai Nil bersama-sama dengan menggunakan kapal api. Selain Linnet, Simon, Jacqueline, dan Poirot, ada beberapa orang lain yang ikut dalam rombongan wisata Sungai Nil tersebut.
Tim Allerton dan ibunya Mrs. Allerton.
Rombongan Miss Van Schuyler, seorang perawan tua yang sombong, didampingi oleh Cornelia Robson, saudara Miss Van Schuyler yang dianggap sebagai pembantu, dan Miss Bowers, perawat dari Miss Van Schuyler.
Andrew Pennington, wali Linnet yang memaksakan diri untuk ikut dalam rombongan wisata dengan tujuan mengejar Linnet terkait penandatanganan dokumen bisnis.
Jim Fanthorp, yang secara misterius disuruh untuk mengikuti Linnet oleh pamannya, William Carmichael.
Signor Guido Richetti, seorang arkeolog.
Rosalie Otterbourne, yang kemudian diketahui membenci Linnet karena ia merasa dunia tidak adil terhadap dirinya yang tebiasa hidup susah dan Linnet yang bergelimang harta.
Mrs. Oterbourne, ibu dari Rosalie, seorang penulis novel.
Dr. Bessner, seorang dokter yang sukses dan memiliki klinik ternama di beberapa tempat di dunia.
Mr. Fanthorp, seorang ahli hukum.
Mr. Ferguson, seorang yang kasar dan memiliki selera humor yang buruk, yang ternyata merupakan seorang bangsawan.
Kolonel Race, teman lama Poirot yang ternyata ikut rombongan karena mencari seorang residivis yang menyamar dan masuk dalam rombongan wisata menyusuri Sungai Nil.
Louise Bourget, pembantu Linnet.
Perjalanan menyusuri Sungai Nil tersebut aman saja, sampai akhirnya pada suatu malam Linnet ditemukan terbunuh sesaat setelah Simon ditembak oleh Jacqueline yang membawa senjata api.
Poirot dan Kolonel Race langsung mengambil alih untuk melakukan penyelidikan atas kematian Linnet. Mereka masing-masing memiliki praduga yang dapat menjawab misteri kematian Linnet. Namun, praduga tersebut terpatahkan dan keadaan kembali genting dengan jatuh korban lain yang juga meninggal karena dibunuh.
Poirot dan Kolonel Race harus bekerja keras agar tidak ada lagi korban yang mati karena hal yang masih belum diketahui motifnya.
Sedangkan orang yang bisa jadi tersangka utama pembunuhan, Jacqueline, secara terbukti bersih dan tidak melakukan tidak kejahatan lain selain menembak Simon.
Simak kisah misteri ini hingga akhir, untuk mengetahui bagaimana lihainya Poirot dapat merajut satu-persatu pengalaman menjadi sebuah petunjuk sehingga ia dapat menafsirkan motif pelaku pembunuhan dalam cerita ini.
Saya sangat menyukai novel ini. Bukan hanya kagum dengan sosok Hercule Poirot yang diciptakan oleh penulis, tapi terutama kagum terhadap sang penulis sendiri yang mampu membuat jalan cerita dari kasus pembunuhan ini menjadi penuh tanda tanya dan memiliki banyak hal yang terkait satu sama lain.
Dalam novel ini, dapat tersirat pribadi dari Agatha Christie yang juga nampaknya suka menjelajah dunia, dan memiliki wawasan yang luas.
Hal yang Saya lakukan ketika membaca novel ini salah satunya adalah mencatat nama-nama tokoh, karena banyak sekali tokoh yang terlibat dalam cerita ini. Masing-masing tokoh memiliki peranannya masing-masing dalam membangun jalan cerita hingga akhir. Selain itu karakteristik dari masing-masing tokoh yang diciptakan Agatha Christie dalam novel ini berbeda satu sama lain, dari penampilan fisik ataupun sikap psikologisnya, yang membuat Saya sebagai pembaca menjadi ikut menebak adakah kaitannya dari setiap tokoh dengan kasus yang terjadi.
Tidak biasanya juga, tokoh utama dalam novel ini Hercule Poirot, seorang detektif kenamaan, mengalami suatu perasaan takut akan terjadinya suatu bencana.
Agatha Christie sebagai seorang penulis sepertinya juga ingin membangun karakteristik tokoh utamanya sama seperti karakteristik yang dimilikinya, yaitu memiliki daya ingat yang kuat. Hal ini terbukti dari novel ini bahwa Poirot mampu membuka tabir misteri dari kasus-kasus yang saling berkaitan dalam DEATH ON THE NILE ini karena Poirot mampu melihat titik-titik tertentu, yang dapat menuju ke suatu kesimpulan. Dan hal itu diperoleh dari kemampuan Poirot untuk mengingat setiap detail dari percakapan atau perbuatan orang lain yang nampak atau ketika berinteraksi dengannya, karena Poirot yakin bahwa sisi psikologis merupakan fakta penting dalam suatu perkara.
Hal lain yang juga merupakan suatu hal yang tidak biasa adalah karena ternyata seorang yang pandai seperti Poirot bisa juga memiliki praduga yang keliru dalam cerita ini.
Tidak heran bahwa banyak sekali pembaca karya-karya fiksi misteri yang sangat mengagumi sosok Agatha Christie sebagai seorang penulis, karena sejauh ini Saya membaca karya-karyanya tidak ada yang membuat Saya kecewa. Terutama seri kisah Hercule Poirot DEATH ON THE NILE ini yang betul-betul membuat Saya puas dapat membacanya hingga akhir.
Luar biasa.
Rating: ***** dari *****
Comments
Post a Comment