TAKEN AT THE FLOOD
MENGAIL DI AIR KERUH
Penulis: Agatha Christie |Alih Bahasa: Ny. Suwarni A. S. | Desain & Ilustrasi Sampul: Satya Utama Jadi |2014
352 Halaman | 18 cm
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN 978-979-22-3055-0
Gordon Cloade tewas dalam serangan udara di London. Dia tidak meninggalkan surat wasiat, dan kekayaannya yang besar jumlahnya jatuh pada istrinya yang masih muda, Rosaleen.
Tetapi kepada lima orang telah dijanjikan bagian dari kekayaan itu--lima orang yang sangat membutuhkan uang. Nah, mereka baru bisa menerima bagian mereka apabila Rosaleen meninggal sebelum mereka.
Ada lima orang yang punya motif kuat untuk membunuh. Dan terjadilah pembunuhan yang kejam.
Tetapi bukan Rosaleen korbannya....
Review:
Ada banyak sekali tokoh yang terlibat secara aktif dalam cerita pada novel ini, dan satu persatu dari setiap tokohnya secara teratur dan terperinci diperkenalkan oleh Agatha Christie dengan sangat baik. Sebut saja lima kakak beradik Cloade (Gordon Cloade dan Istri--yang bernama Rosaleen, Jeremy Cloade dan Istri, Lionel Cloade dan Istri, serta Adella Marchmont), David Hunter--kakak dari Rosaleen, Lynn Marchmont-anak perempuan dari Adella, Rowley Cloade--ponakan Gordon Cloade, calon suami Lynn, Mayor Porter, dan M. Hercule Poirot sendiri.
Berawal dari pertemuan Poirot dengan beberapa orang yang tergabung dalam Coronation Club, yang ternyata secara tidak terduga, topik pembicaraan yang sedang disebut-sebut dalam Club tersebut menuntun Poirot untuk dapat memecahkan kasus yang saat ini sedang berlangsung di Warmsley Heath.
Awalnya Poirot tidak begitu mempedulikan tentang apa-apa yang disebutkan oleh Mayor Porter dalam pertemuan di Club tersebut, sampai pada suatu hari Poirot menerima tamu yang merupakan istri dari salah seorang kakak-beradik Cloade, Kathie Cloade, istri dari Lionel Cloade. Kathie Cloade meminta Poirot untuk dapat menemukan orang yang hilang, yang bernama Mr. Underhay, yang rupanya adalah mantai suami pertama dari Rosaleen Cloade.
Kabar menyebutkan bahwa Mr. Underhay sendiri telah lama meninggal dunia dan dikuburkan di Afrika, dengan penyebab kematiannya adalah karena sakit. Namun kemudian setelah Rosaleen, janda Mr. Underhay, menikah kembali dengan Gordon Cloade, sang konglomerat yang kemudian meninggal karena ledakan semasa perang, muncul berita bahwa sebenarnya Mr. Underhay masih hidup.
Berita tersebutlah yang kemudian memberikan angin segar bagi anggota inti keluarga Cloade, namun sekaligus memberikan kepanikan bagi David dan Rosaleen sendiri.
Pasalnya, Gordon Cloade yang meninggal mendadak tanpa membuat surat wasiat sebelumnya, membuat Rosaleen menjadi berhak atas harta kekayaan almarhum suaminya tersebut, yang juga berarti bahwa anggota keluarga Cloade yang sebelumnya selalu mendapatkan tunjangan hidup dari Gordon, kemudian harus menghadapi kehidupan yang memprihatinkan. Jika ternyata Mr. Underhay masih hidup, maka secara hukum, Rosaleen menjadi pewaris harta kekayaan Gordon Cloade yang tidak sah, sehingga warisan Gordon Cloade akan langsung dapat dibagi ke anggota keluarganya. Dan bagi Rosaleen dan David, jika ternyata Mr. Underhay masih hidup, maka kemewahan yang selama ini mereka nikmati akan berubah menjadi kemiskinan.
Desas-desus mengenai keberadaan Mr. Underhay inilah yang kemudian membawa petaka bagi kehidupan Rosaleen dan keluarga Cloade. Terjadilah pembunuhan yang kejam dan berdarah dingin, yang kemudian menjadikan semua tokoh utama dalam cerita ini menjadi tersangka karena masing-masing memiliki motif tersendiri.
Hinga akhirnya, mulai terlibatlan Poirot di dalamnya. Dengan keahliannya mengumpulkan informasi, hanya dengan bercakap-cakap dengan orang-orang saja, kemudian Poirot menjadi orang yang tau segalanya yang tejadi di balik misteri ini. Dan tentu, dengan mudahnya Poirot dapat memberikan jawaban yang sangat memuaskan dari setiap pertanyaan yang muncul.
Secara keseluruhan, sebetulnya novel ini adalah sebuah karya yang menceritakan mengenai suatu kasus pembunuhan, namun sang penulis dengan apiknya menyisipkan sisi kemanusiaan dan kekeluargaan, sehingga emosi dari pembaca dapat benar-benar terlibat.
Agatha Christie, lagi-lagi dapat memunculkan suatu dominasi yang aneh dari sikap Poirot dalam menangani kasusnya. Pemecahan kasus yang dinilai sebagai antiklimaks, namun sebenarnya justru memberikan kepuasan yang berbeda dari kasus-kasus lain yang pernah ditangani oleh Poirot.
TAKEN AT THE FLOOD merupakan salah satu karya Agatha Christie yang benar-benar menyajikan drama misteri lengkap dengan semua emosinya, emosi manusiawi, rasa iri, rasa benci, tindakan-tindakan spontan yang penuh nafsu.
Dan disini, ada pula sikap mencari kesempatan, yang ternyata berhasil.
Seperti gumaman Poirot:
"Dalam hidup manusia ada pasang ada surut. Bila arus pasang, nasib baik yang menanti....
Bila diabaikan, maka perjalanan hidup akan terikat pada tempat yang dangkal, penuh kepedihan.
Di laut lepas kita kini terapung.
Dan kita harus mengikuti arus,
Bila tak mau kehilangan kesempatan."
Rating: ***** dari *****
Comments
Post a Comment