HALLOWE'EN PARTY
PESTA HALLOWE'EN
Penulis: Agatha Christie |Alih Bahasa: Lily Wibisono | Desain & Ilustrasi Sampul: Satya Utama Jadi |2014
344 Halaman | 18 cm
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN 978-979-22-3136-6
"Aku pernah melihat pembunuhan!" Joyce membual.
"Betul, aku benar-benar melihatnya!"
Tapi siapa di pesta Hallowe'en itu yang mau percaya kepada gadis tiga belas tahun yang sudah terkenal suka bohong?
Malam itu juga, Joyce ditemukan berlutut di samping ember berisi apel-apel mengapung. Ada orang yang telah menyurukkan dan menahan kepalanya di dalam air sampai dia mati kehabisan napas.
Jelas ada orang dalam pesta itu yang punya alasan untuk memercayai kebenaran cerita Joyce yang mengejutkan.
Tapi siapa di antara sedikit orang dewasa yang hadir---para ibu dan bibi, pendeta, dan seorang guru sekolah setempat---yang tega mengubah suatu permainan kanak-kanak menjadi pembunuhan kejam?
Review:
Di sebuah rumah bernama Apple Trees milik seorang janda kaya bernama Mrs. Rowena Drake, berlangsunglah sebuah pesta Hallowe'en, yaitu sebuah pesta yang diselenggarakan setiap tanggal 31 Oktober malam, yang mayoritas dihadiri oleh anak-anak usia sepuluh hingga sekitar tujuh belas tahun.
Pesta Hallowe'en di rumah Mrs. Rowena diperuntukkan untuk anak-anak yang tinggal di Woodleigh Common, sehingga dalam persiapannya, beberapa penduduk Woodleigh Common datang ke rumah Mrs. Rowena untuk membantu. Satu hal yang membuat persiapan pesta ini berbeda adalah karena datangnya seorang asing yang cukup terkenal bernama Mrs. Ariadne Oliver yang berprofesi sebagai penulis cerita detektif.
Segala persiapan hingga berlangsungnya acara pesta Hallowe'en terbilang cukup lancar hingga pada akhir pesta ternyata ada satu anak perempuan yang tidak lagi tampak di antara kerumunan tamu.
Joyce Reynolds, gadis perempuan yang hilang kemudian ditemukan di dalam salah satu ruangan di rumah Mrs. Rowena--yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya salah satu acara dalam pesta Hallowe'en tersebut--sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Tubuhnya telungkup dan kepalanya terbenam dalam sebuah ember yang berisi apel-apel, yang sebelumnya digunakan sebagai salah satu properti dalam pesta tersebut.
Hasil diagnosis dokter, Joyce meninggal karena pembunuhan.
Karena hal ini lah, Mrs. Ariadne Oliver menjadi gelisah dan ia merasa yakin untuk meminta bantuan dari Hercule Poirot. Kemudian, datanglah Poirot ke Woodleigh Common untuk membantu memecahkan misteri kasus pembunuhan terhadap anak di bawah umur ini. Dibantu dengan keterangan dari beberapa orang yang hadir dalam persiapan dan pesta tersebut, juga atas bantuan Inspektur Spence yang ternyata di usia pensiunnya tinggal di Woodleigh Common, Poirot dapat menemukan motif yang menjadi latar belakang terjadinya pembunuhan tersebut, yang ternyata adalah sebuah motif beruntun untuk menutupi kejahatan-kejahatan yang sebelumnya sudah berusaha untuk ditutupi.
Cerita ini berlatar belakang di sebuah desa kecil bernama Woodleigh Common, yang memiliki sedikit penduduk yang umumnya saling kenal satu sama lain. Alur cerita utamanya disusun dengan sangat sistematis dan diatur sedemikian rupa agar memudahkan pembaca dalam memahami situasi yang dibangun oleh Agatha Christie dan agar tidak saru oleh beberapa kisah masa lalu yang pernah terjadi yang kemudian dimunculkan kembali secara sengaja untuk mencari petunjuk dalam misteri cerita ini.
Dan seperti biasa, untuk dapat mengingat dan memberikan ulasan pada cerita ini, tentu saja Saya tidak bisa tidak untuk mencatat nama-nama tokoh dan kata-kata kunci yang memiliki arti dalam cerita ini. Namun, seperti beberapa karya lainnya, Agatha Christie sepertinya paham mengenai tipikal pembaca seperti Saya yang suka mencatat, sehingga pada buku ini juga Agatha Christie sudah lebih dahulu memberikan daftar nama tokoh-tokoh yang terlibat dalam HALLOWE'EN PARTY ini, sebagai berikut:
- Mrs. Ariadne Oliver, seorang penulis novel cerita detektif terkenal yang sedang berlibur di rumah temannya di Woodleigh Common, ikut membantu dan hadir dalam penyelengaraan pesta Hallowe'en.
- Judith Butler, seorang wanita yang sangat tenang yang merupakan teman Mrs. Ariadne Oliver yang saling mengenal satu sama lain di sebuah perjalanan wisata.
- Mrs. Rowena Drake, seorang wanita yang gemar menyelenggarakan berbagai kegiatan amal, dan dalam cerita ini berperan sebagai penyelenggara pesta Hallowe'en.
- Miss Elisabeth Whittaker, seorang guru yang hadir dan ikut membantu persiapan pesta Hallowe'en, yang ternyata ia melihat sesuatu yang ganjil yang menjadi petunjuk bagi Poirot kemudian.
- Joyce Reynolds, gadis berusia tiga belas tahun yang senang membual, yang kemudian menjadi korban dari pembunuhan yang terjadi di pesta Hallowe'en tersebut.
- Mrs. Hargreaves, Miss Johnson, dan Miss Lee, hadir dalam acara persiapan pesta Hallowe'en untuk membantu-bantu.
- Mrs. Goodboy, seorang pembantu rumah tangga yang juga memiliki profesi sebagai dukun desa.
- Inspektur Spence, rekan kerja Poirot di kepolisian, yang sudah pensiun dan sekarang tinggal bersama adiknya di Woodleigh Common.
- Mrs. Reynolds, ibu Joyce, yang seperti kurang mengawasi anak-anaknya.
- Miss Emlyn, kepala sekolah, yang lain dengan beberapa orang lainnya, bahwa ia setuju mengenai bualan yang Joyce katakan di pesta Hallowe'en bisa jadi memang bukan sebuah kebohongan belaka.
- Mrs. Carlton dan Mrs. Minden, seorang pembantu rumah tangga di Woodleigh Common.
- Ann Reynolds, kakak Joyce, seorang perempuan yang pandai.
- Leopold Reynolds, adik Joyce dan Ann, seorang anak lelaki berusia sebelas tahun yang tamak.
- Elspeth McKay, adik dari Inspektur Spence, seorang janda yang cukup kenal dengan penduduk di Woodleigh Common.
- Pendeta Charles Cotterell dan Pendeta Pembantu Simon Lampton, hadir dalam pesta Hallowe'en, tidak memiliki peran penting dalam cerita ini.
- Dr. Ferguson, dokter keluarga Reynolds yang mendiagnosis pembunuhan Joyce.
- Michael Garfield, seorang ahli pertamanan yang pernah dipekerjakan oleh seorang wanita yang sudah meninggal di Woodleigh Common.
- Miranda Butler, anak Judith Butler. Seorang anak perempuan yang anggun, lincah, cantik, polos, dan tidak duniawi.
- Nicholas Ransom, remaja lelaki berusia sekitar tujuh atau delapan belas tahun yang sangat cakap, hadir dalam persiapan dan acara pesta Hallowe'en.
- Desmond Holland, remaja lelaki berusia sekitar tujuh atau delapan belas tahun yang pernah satu kali dikirim ke psikiater, hadir dalam persiapan dan acara pesta Hallowe'en.
- Mrs. Harriet Leaman, seorang pelayan yang usil dan selalu ingin tahu.
- Beatrice Ardley dan Cathie Johnson, remaja perempuan berusia belasan yang hadir dalam pesta Hallowe'en, yang sama sekali tidak percaya pada Joyce.
Cerita ini memiliki dialog antar rokoh yang panjang-panjang, dan di beberapa dialog terbersit perkataan Poirot yang kemudian menjadi awal dari langkahnya untuk memecahkan misteri pembunuhan ini, adalah bahwa: orang dibunuh karena kepribadiannya.
Joyce, sebagai korban pembunuhan sebetulnya hanya seorang anak yang tidak bisa menjaga lisannya--yang merupakan salah satu sifatnya--yang kemudian mengantarkan dirinya menjadi sasaran dari seorang pembunuh kejam.
Berbeda juga dengan cerita-cerita rekaan Agatha Christie lainnya, pada cerita ini pembunuhan sudah terjadi di awal cerita dan Poirot sama sekali tidak terlibat di dalamnya. Kisah pada halaman di buku ini kemudian menceritakan tentang usaha Poirot dalam memecah kemungkinan-kemungkinan apa yang bisa membawa seseorang tega membunuh seorang anak perempuan yang masih belia. Dan hal menarik lainnya adalah bahwa dalam cerita ini juga diselipkan tiga kejadian lain yang sudah berlalu selama beberapa tahun di Woodleigh Common, yang menurut Poirot merupakan kisah masa lalu yang penting yang mengantarkannya pada masa kini ketika terjadinya pembunuhan misterius di sebuah pesta anak-anak.
Secara garis besar, metode yang digunakan Poirot dalam memecahkan misteri ini masih sama dengan kisah-kisah investigasi lainnya yang ditulis oleh Agatha Christie, yaitu mengumpulkan informasi-informasi apapun yang bisa menjadi sebuah petunjuk hanya dengan berbincang dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para tokoh yang terlibat. Namun kisah ini merupakan kisah investigasi Poirot yang memiliki motif yang kompleks, namun justru terlihat begitu rapi dan sederhana ketika Saya sudah sampai di akhir cerita.
Kisah ini berawal dari suatu obsesi yang mendatangkan suatu motif dan kisah yang saling berkaitan satu sama lain, seperti apa yang Poirot sempat bilang bahwa "dosa-dosa lama panjang bayangannya".
Rating: ***** dari *****
Comments
Post a Comment