MALICE by Lisa Jackson



MALICE
DENDAM SANG PEMBUNUH
Penulis: Lisa Jackson |Alih Bahasa: Arum Titisari |Penyunting: Yudi Iswanto
Jakarta 2013
528 Halaman | 12,5 x 19 cm
Penerbit: Dastan Books
ISBN 978-602-247-098-4

Setelah terbangun dari koma, detektif Rick Bentz didatangi mantan istrinya yang sudah meningal dua belas tahun lalu. Bahkan, setelah keluar dari rumah sakit, Rick mulai melihat Jennifer ada di mana-mana. Kehadiran Jennifer seolah menghantui dan mengejeknya. Tapi Rick tidak pernah berhasil membuktikan kehadiran Jennifer pada keluarga dan teman-temannya, penampakan Jennifer selalu menghilang tanpa jejak saat didekati.

Untuk menuntaskan keraguan, Rick menyelidiki kehadiran Jennifer yang menganggunya. Saat proses penyelidikan berlangsung, terjadilah serangkaian pembunuhan sadis dengan petunjuk yang semuanya mengarah kepada Rick sebagai tersangka utama. Setiap korban merupakan bagian dari masa lalu Jennifer yang juga berhubungan dengan Rick.

Jonas Hayes dan Reuben Montoya dari kepolisian yang membantu penyelidikan Rick semakin dibuat bingung dengan kasus tersebut. Semua bukti justru mengarah kepada Rick sebagai pelakunya. Korban tewas pun semakin banyak hingga akhirnya si pembunuh mengancam nyawa Olivia, istri Rick yang diculik dalam kondisi hamil.

Sanggupkah Rick mengungkap siapa pembunuh berdarah dingin yang mempermainkannya? Kenapa si pembunuh melakukan semua itu? Apakah Jennifer sebenarnya masih hidup dan kebali untuk membalas dendam? Mampukan Rick menyelamatkan istri dan anaknya dalam kandungan? Sementara itu si pembunuh dengan sabar telah siap menanti kedatangan Rick untuk menuntaskan aksinya...


Review:
MALICE merupakan buku pertama karya Lisa Jackson yang Saya baca, dan Saya langsung menyukainya.
Lisa Jackson secara bertubi-tubi menyajikan ketegangan yang luar biasa dan membuat Saya berpikir bahwa kisah ini akan sangat bagus jika diangkat ke layar kaca menjadi sebuah film fiksi-romantic suspense.

Pengenalan tokoh utama dalam kisah ini dilakukan di awal cerita, yang langsung menempatkan Rick Bentz, sebagai tokoh utama yang berperan sebagai polisi yang sedang memulihkan dirinya pasca kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.
Kecelakaan yang dialami Bentz membuatnya koma cukup lama, dan hanya dengan mukjizat Tuhan ia dapat kembali membuka matanya dan menikmati hidupnya kembali. Namun sepertinya Bentz tidak cukup puas dengan keadaannya saat ini, cederanya yang parah membuat ia tidak diterima oleh atasannya di kepolisian untuk dapat kembali bekerja. Bosan dengan kondisi fisiknya yang tidak kunjung pulih, Bentz hampir mengalami frustasi.

Hal lain yang membuat Bentz resah setelah sadar dari koma adalah pengalamannya melihat sosok Jennifer, istri pertamanya yang sudah meninggal dua belas tahun yang lalu. Pertama kali Bentz melihat penampakan mendiang istrinya adalah saat ia masih menjalani perawatan di rumah sakit. Pengalaman pertamanya melihat penampakan mendiang Jennifer dianggapnya sebagai halusinasi pasca trauma dari kecelakaan, dan ia hampir mengabaikannya ketika Jennifer kembali menampakkan sosoknya dengan sangat nyata di pekarangan rumahnya.
Jennifer, dengan senyumannya yang misterius dan tatapannya yang dingin, tepat tertuju pada mata Bentz. Jennifer, dengan sosok yang tidak menua, menampakkan dirinya pada mantan suaminya yang sudah ditinggal mati dua belas tahun lalu.

Kemunculan Jennifer membuat Bentz tidak dapat mempercayai matanya sendiri, hingga hampir membuatnya menganggap dirinya sendiri gila. Kejanggalan tersebut hampir diabaikan oleh Bentz sampai pada suatu hari, Montoya, rekannya di kepolisian, memberikan paket yang ditujukan untuk Bentz dan dikirimkan ke kantor. Betapa terkejutnya Bentz ketika mendapati isi dari paket tersebut, sebuah sertifikat kematian milik Jennifer dan beberapa lembar foto yang menampakkan sosok Jennifer. Hal ini membuat Bentz terpancing, dan tidak bisa menahan luapan emosinya untuk dapat membongkar apa motif Jennifer--atau orang lain--dalam melakukan hal tersebut.

Bentz harus pergi, menuju Jennifer, menuju Los Angeles--tempat terakhir dimana ia dan Jennifer pernah memiliki kehidupan bersama, dan tempat dimana Jennifer dimakamkan--untuk mengungkap misteri ini. Hanya Montoya dan Olivia, istri kedua Bentz yang mengetahui keberangkatan Bentz ke Los Angeles.

Selama di Los Angeles, Bentz beberapa kali melihat kembali penampakan Jennifer, di tempat-tempat yang kembali menmbuka memori Bentz bersama Jennifer. Jennifer, perempuan cantik yang pernah Bentz cintai, namun beberapa kali mengkhianati cinta Bentz. Jennifer berselingkuh dengan pria lain, bahkan dengan James--kakak Bentz, hingga melahirkan seorang bayi perempuan bernama Kristi. Sakit hati Bentz membuat ia memutuskan untuk bercerai dengan Jennifer dan memiliki kehidupannya sendiri. Namun Jennifer yang sangat mencintai Bentz tidak dapat menerima nasibnya. Hidup tanpa Bentz membuat Jennifer tidak memiliki semangat hidup, namun hidupnya sendiri justru dihantui rasa bersalah karena perselingkuhan yang telah ia lakukan. Hingga pada suatu hari, Jennifer mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya. Kecelakaan tunggal yang dianggap sebagai percobaan bunuh diri. Kala itu, Bentz yang mengidentifikasi jenazah korban kecelakaan tersebut sebagai Jennifer. Dan hal tersebut yang kemudian membuat Bentz tidak dapat percaya bahwa penampakan Jennifer setelah dua belas tahun kematiannya, adalah bahwa Jennifer masih hidup. Namun Bentz sangat yakin bahwa Jennifer tidak memiliki kembaran, dan kalaupun ternyata Jennifer memiliki saudara kembar yang identik, bagaimana mungkin bisa sampai memiliki penampilan fisik yang tidak menua sama sekali setelah dua belas tahun terakhir.

Seiring kemunculan Jennifer yang sangat janggal di beberapa tempat yang Bentz singgahi, Bentz terus melakukan penyelidikannya dengan dibantu oleh Montoya dan Hayes, mantan rekan sesama polisi di Los Angeles. Namun, hal yang memberatkan Bentz dalam segi hukum adalah semenjak kedatangan Bentz ke Los Angeles, telah terjadi beberapa pembunuhan sadis yang beberapa korbannya adalah orang-orang yang dekat dengan Jennifer dan mengenali Bentz. Dan semua pembunuhan tersebut mengarah kepada Bentz sebagai seorang yang dapat dijadikan tersangka.
Di sisi lain, Olivia yang setia menunggu kepulangan Bentz dari misi pribadinya tersebut, ternyata juga mengalami teror melalui telepon dari seorang wanita.

Halaman demi halaman dalam novel ini sama sekali tidak bisa Saya lewatkan, sangat menegangkan. Setiap babnya memnyajikan teror dan kengerian yang berbeda. Saya harus benar-benar membaca sampai akhir untuk mengetahui siapa pelaku utama teror dalam kisah ini. Beberapa pertanyaan mengenai siapa penampakan yang Bentz lihat sebagai Jennifer, apakah beberapa kasus pembunuhan yang terjadi tersebut ada hubungannya dengan kemunculan Bentz di Los Angeles, apakah Jennifer sendiri sebagai pelaku beberapa pembunuhan tersebut, dan apakah teror yang dialami Olivia juga berasal dari Jennifer, apakah nyawa Olivia juga terancam...apakah Bentz berhasil membuka tabir misteri dalam kisah ini....semua akan terjawab tuntas di halaman-halaman terakhir dalam novel ini.


Namun ada yang masih mengganjal bagi Saya sebagai pembaca ketika sudah selesai membaca kisah ini. Yaitu mengenai jatuhnya korban pembunuhan sadis, yang kemudian pelakunya dijuluki oleh kepolisian sebagai 'pembunuh 21'. Siapakah 'pembunuh 21' sebenarnya dan apa motifnya dalam melakukan pembunuhan sama sekali tidak dijelaskan oleh Lisa Jackson. Pada suatu bab dalam kisah ini, sempat disebutkan bahwa pada dua belas tahun lalu, ketika Bentz masih bertugas di kepolisian Los Angeles, sempat terjadi pembunuhan yang serupa dengan pembunuhan yang terjadi pada saat Bentz mengalami teror Jennifer. Dan kedua kasus tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut oleh penulis sehubungan dengan apakah ada keterkaitannya dengan teror yang dialami Bentz atau tidak.

Satu hal lain yang membuat Saya memberikan nilai yang sangat memuaskan bagi karya Lisa Jackson ini adalah karena selain jalan ceritanya yang berurutan, menggunakan bahasa-bahasa yang baik dalam mendeskripsikan latar dan setiap kejadian atau tindakan dari tokoh-tokoh pada novel ini, Lisa Jackson juga dengan rapat menutup jawaban mengenai jati diri membunuh psikopat yang sama sekali tidak terduga sebelumnya. Lisa Jackson juga dapat dengan baik menitik beratkan obsesi dan sakit hati sebagai penyakit utama yang dimiliki oleh pelaku, hingga seakan tidak memiliki hati nurani dalam melakukan beberapa pembunuhan secara terencana.


Rating: ***** dari *****

Comments